Sabtu, 12 Februari 2011

HOSNI MUBARAK MUNDUR 11-2-2011

Berikut kronologi menjelang runtuhnya rezim Hosni Mubarak yang telah berkuasa 30 tahun:
14 Jan
-Presiden Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali lari ke Arab Saudi menyusul bentrokan antara demonstran dan aparat selama berhari-hari yang menewaskan puluhan orang.
25 Jan
-Terinspirasi kejatuhan Presiden Ben Ali di Tunisia, ribuan rakyat Mesir menuntut diakhirinya kekuasaan Presiden Mubarak. Terjadi bentrokan demonstran dengan polisi.
26 Jan
-Polisi bentrok dengan ribuan demonstran yang melanggar larangan demonstrasi
27 jan
-Mohamad ElBaradei, mantan ketua Badan Energi Atom Internasional yang juga dikenal pengritik Mubarak, tiba di Kairo untuk bergabung dengan demonstran
28 jan
-Sekurangnya 24 orang tewas dalam bentrokan di seluruh Mesir. Mubarak memperpanjang jam malam ke seluruh kota di Mesir
-Mubarak memerintahkan tentara dan tank turun ke jalan untuk menghadang demonstran. Namun, demonstran malah menyambut tentara yang dianggap netral, tidak seperti polisi yang dikerahkan sebelumnya.
29 Jan
-Mubarak menyatakan merombak kabinet dan menolak mundur. Protes kembali membanjiri Lapangan Tahrir usai pernyataan Mubarak.
-Mubarak menunjuk kepada badan intelijen Omar Suleiman sebagai wapres.
-Ribuan demonstran turun ke jalan saat jam malam dimulai. Warga berjaga-jaga terhadap penjarahan.
31 Jan
-Militer mengatakan tak akan menggunakan kekerasan terhadap demonstran. Militer mengatakan kebebasan berekspresi dengan damai dijamin bagi semua warga negara
-Mubarak melantik cabinet baru. Suleiman mengatakan memintanya memulai dialog dengan semua kekuatan politik.
-Ribuan demonstran berkumpul dengan sendirinya di Lapangan Tahrir saat jam malam, menunut Mubarak mundur.
1 Feb
-Mubarak di televisi mengatakan tak akan turun dari jabatan, dan baru akan turun jika masa jabatan berakhir pada September. Ia juga menawarkan konsesi.
-sekitar sejuta rakyat berdemo di seluruh negeri meminta Mubarak mundur secepatnya.
2 Feb
-Militer meminta demonstran untuk meninggalkan jalanan dan jam malam dilonggarkan.
-Pecah bentrokan antara kelompok pendukung Mubarak dan massa demonstran di Lapangan Tahrir, namun militer diam saja.
-Mubarak menolak permintaan AS dan Eropa agar transisi politik dilakukan segera.
3 Feb
-Sejumlah tembakan dilepaskan kepada demonstran di Kairo, sekitar 10 tewas. PBB memperkirakan 300 telah tewas sepanjang gelombang demonstrasi.
4 Feb
-Ribuan berkumpul di Lapangan Tahrir untuk mendesak diakhirinya rezim Mubarak. Aksi ini dinamai ‘Hari Keberangkatan’.
5 Feb
-Anak Mubarak, Gamal, mundur sebagai pimpinan partai berkuasa Mesir.
6 Feb
-Kelompok oposisi, termasuk Ikhwanul Muslimin, melakukan pertemuan dengan Wapres Suleiman. Oposisi mengatakan tuntutan utama mereka tak dipenuhi, yakni Mubarak mundur. Kedua pihak sepakat untuk terus melakukan pertemuan dan sebuah komite dibentuk untuk mengkaji konstitusi.
-Bank kembali dibuka usai ditutup selama sepekan
-Ribuan berkumpul di Lapangan Tahrir untuk berdoa bagi para martir
7 Feb
-Kantor berita MENA melaporkan Mubarak membentuk dua komite untuk mengkaji amandemen konstitusi
-Pemimpin oposisi mengatakan pembicaraan dengan pemerintah tak ada kemajuan
8 Feb
-Rakyat Mesir menggelar demonstrasi terbesar
-Wapres Suleiman mengatakan pihaknya punya jadwal untuk transfer kekuasaan secara damai. Ia menjanjikan tak ada tindak represi terhadap demonstran. Ia memperingatkan militer akan melakukan kudeta jika demonstrasi tak juga diakhiri.
9 Feb
-Empat tewas dalam bentrokan antara aparat dan 3000 demonstran di Provinsi New Valley, selatan Kairo
10 Feb
-Militer membuat pernyataan yang mengindikasikan akan melakukan kudeta dan menyingkirkan Mubarak
-Mubarak diprediksi akan menyatakan mundur hari itu juga
-Mubarak menyampaikan pidato yang menegaskan tetap bertahan dan mendelegasikan kekuasaan eksekutif kepada Suleiman.
-Demonstran marah dan meningkatkan tekanan terhadap Mubarak. Aksi demonstrasi meningkat.
-Militer menyatakan mendukung rencana Mubarak
11 Feb
-Mubarak mundur dan menyerahkan wewenang kepada militer
-Suleiman mengatakan Dewan Militer akan memegang kendali atas Mesir
-Rakyat Mesir larut dalam kegembiraan
Jenderal Omar Suleiman, wakil presiden dan mantan kepala intelijen melalui tv mengumumkan pengunduran diri Hosni Mubarak
Hosni Mubarak telah mengundurkan diri sebagai presiden Mesir dan mengalihkan kekuasaannya kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata.

Jenderal Omar Suleiman, wakil presiden dan mantan kepala intelijen, merupakan salah satu pensiunan perwira militer yang turut duduk dalam dewan itu. 

Lainnya termasuk Marsekal Udara Mohammed Hussein Tantawi, menteri pertahanan; Letnan Jenderal Sami Anan, kepala staf angkatan bersenjata Mesir; Marsekal Ahmed Shafiq, menteri penerbangan sipil.

Pengambilalihan oleh militer sebetulnya sudah bisa dibaca sebelumnya. Dalam sebuah rapat tertutup dewan ini, baik Suleiman maupun Mubarak selaku panglima tertinggi angkatan bersenjata tak diundang hadir.

Siapa sosok yang berada di balik Dewan itu? Ini dia mereka:
 
Hussein Tantawi

Marsekal Tantawi menjadi menteri pertahanan dan komandan-in-chief  Angkatan Bersenjata Mesir pada tahun 1991. Dengan demikian, ia menjadi yang pertama Mesir dengan pangkat Field Marshal setelah 1989.

Beberapa laporan menunjukkan bahwa Tantawi telah dilihat sebagai lawan yang mungkin bagi presiden Mesir.

Selama protes Mesir, Tantawi dipromosikan menjadi Wakil Perdana Menteri, namun ia tetap mempertahankan portofolio pertahanan.

Tantawi terkenal menjadi petinggi militer pertama yang mengunjungi Tahrir Square pada tanggal 4 Februari. Hal ini dibaca sebagai "ingin mengambil hati demonstran".

Mahmoud Reda Hafez Mohamed

Marsekal Mahmoud Reda Hafez Mohamed adalah kepala angkatan udara, menjadi komandan Eastern Air Zone dan kemudian Southern Air Zone pada tahun 2005.

Pada tanggal 1 Juli 2007 ia menjadi Kepala Departemen Operasi dan menjelang akhir tahun ia diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Udara.

Dalam waktu tiga bulan ia menggantikan Magdy Galal Sharawi sebagai kepala angkatan udara,  pada tanggal 20 Maret 2008.

Sami Hafez Anan

Letnan Jenderal Sami Anan adalah komandan pasukan 468 ribu personel, dan dipandang  memiliki peran penting dalam mengkoordinasikan pengaturan interim untuk pemerintah di Mesir.

Anan tengah berada di Washington saat pemberontakan dimulai. Dia harus memotong kunjungannya dan kembali. Disebut-sebut, Amerika Serikat mendorong Anan untuk mengambil peran mediasi, meskipun berspekulasi bahwa ia terlalu dekat dengan Mubarak untuk mempertahankan peran apa pun dalam pemerintahan baru.

Presiden Hosni Mubarak mundur, Jumat malam waktu setempat, usai 18 hari gelombang protes rakyat menuntut pengunduran dirinya. Berikut sejumlah reaksi dunia atas keputusan Mubarak mundur setelah 30 tahun berkuasa:
AS:
Wapres Joe Biden mengatakan pergantian kekuasaan di Mesir merupakan momen sangat penting dalam sejarah negara itu dan Timur Tengah. Transisi di Mesir adalah sebuah perubahan yang tak dapat dibalikkan.
Presiden Obama direncanakan menyampaikan pidato soal Mesir pada pukul 13 waktu setempat.
Uni Eropa (UE):
“UE menghormati keputusan Mubarak. Dengan mundur, ia telah mendengar suara rakyat Mesir dan membuka jalan untuk reformasi yang lebih cepat dan lebih dalam,” kata Kepala Kebijakan Luar Negeri UE, Catherine Ashton. “Yang penting saat ini adalah dialog dipercepat yang mengarah pada pemerintahan yang merangkul semua yang menghormati aspirasi rakyat. Masa depan Mesir terletak di tangan rakyat Mesir. UE akan membantu sebisanya.”
Israel:
“Terlalu dini memprediksi dampak pengunduran diri ini,” kata seorang pejabat senior Israel. “Kami harap bahwa perubahan kearah demokrasi di Mesir akan terjadi tanpa kekerasan dan kesepakatan damai (dengan Israel) tetap dipertahankan.”
Gaza:
“Pengunduran Mubarak adalah awal kemenangan revolusi Mesir,” kata jubir Hamas, Sami Abu Zuhri. “Kemenangan ini adalah hasil pengorbanan dan tekad rakyat Mesir.”
“Kami meminta pemimpin baru Mesir untuk mengambil keputusan segera untuk menghapus blockade Gaza dan membuka gerbang penyeberangan Rafah secara permanen untuk mengizinkan lalu lintas orang-orang, dan demi dimulainya proses rekonstruksi di Gaza.”
Jerman:
“Hari ini hari kegembiraan,” kata Kanselir Angela Merkel dalam jumpa pers. “Kita semua menyaksikan perubahan bersejarah. Saya merasakan kegembiraan rakyat Mesir dan jutaan orang di jalanan Mesir.”
Liga Arab:
“Saya menantikan untuk membangun konsensus nasional dalam periode-periode mendatang. Kini ada kesempatan besar dan jendela telah terbuka usai revolusi putih dan usai pengunduran diri Presiden,” ujar Sekjen Liga Arab yang juga warga Mesir, Amr Moussa, kepada televisi Al Arabiya.
Ditanya apakah berminat menjadi Presiden, ia mengatakan “Ini bukan saatnya berbicara itu… Sebagai rakyat Mesir, saya bangga untuk mengabdi kepada Negara dengan semua orang pada tahap ini, untuk membangun consensus dari opini-opini yang ada.”
Qatar:
“Ini langkah yang positif dan penting menuju aspirasi rakyat Mesir untuk mendapatkan demokrasi dan reformasi,” kata pernyataan dari Istana.

Presiden Mubarak mundur, pertanyaan berikutnya apa yang akan terjadi selanjutnya setelah militer mengambil alih kekuasaan?
Mesir kini dijalankan oleh Dewan Tertinggi Militer, sebuah badan tertinggi di tubuh militer yang terdiri atas para perwira tertinggi dan dipimpin oleh Menteri Pertahanan Marsekal Hussein Tanwawi.
Usai pengunduran diri Mubarak, komandan Angkatan Udara yang betindak sebagai juru bicara militer, Marsekal Udara Reda Mahamoud Hafez Mohamed, tampil di televisi pemerintah. Ia menjanjikan militer tak akan berlaku sebagai substitusi bagi ‘sebuah pemerintahan yang berdasarkan legitimasi rakyat’.
Ia mengatakan militer mempersiapkan langkah yang diperlukan berikutnya untuk menggapai tujuan bangsa. Langkah ini akan diumumkan segera. Dewan Tertinggi Militer, katanya, akan menghormati keinginan rakyat.
Sang jubir menyatakan salut pada Mubarak atas kontribusi terhadap negara. Ia juga menyampaikan belasungkawa militer atas demonstran yang tewas. Usai menyampaikan ini, ia bersiap dan memberi hormat ala militer.
Sebelumnya, pada pagi hari, Dewan Tertinggi Militer menyatakan bertekad untuk membawa Mesir menuju demokrasi yang lebih besar. Dewan bertekad untuk mengawal tuntutan rakyat dan berupaya keras mengimplementasikannya dalam sebuah kerangka waktu.

Tokoh oposisi Mesir, Mohamed ElBaradei, meminta mantan presiden Mesir Hosni Mubarak untuk mengembalikan seluruh uang rakyat Mesir yang pernah ia korupsi.

ElBaradei mengatakan, pengembalian uang rakyat Mesir adalah jalan keluar yang terbaik. Ia menolak usulan agar Mubarak diseret ke pengadilan karena 'kejahatan-kejahatan' selama berkuasa.

"Kita jangan memikirkan soal pembalasan saat ini. Biarkan Mubarak pergi dengan harga dirinya. Rakyat Mesir harus melihat ke depan," kata ElBaradei dalam wawancara di CNN, Jumat.

Namun ia menekankan, Mubarak dan anggota pemerintahannya harus mengembalikan uang rakyat. "Uang itu mereka ambil dari rakyat Mesir. Harus dikembalikan! Kami tidak butuh pengadilan, kami butuh uang itu untuk pembangunan," katanya lagi.

Mantan kepala Badan Atom Internasional ini juga berharap pada militer Mesir untuk tidak memanfaatkan situasi. Menurut dia, militer Mesir harus bisa membaca keadaan, bahwa saat ini rakyat Mesir lah yang berkuasa. Militer harus bisa menjamin terlaksananya pemilu yang adil dan transparan.
Mubarak dipercaya oleh para analis Timur Tengah sudah menimbun hartanya selama 30 tahun berkuasa. Diperkirakan harta itu mencapai 70 juta dolar AS yang terdiri atas berbagai bentuk aset.

Mesir larut dalam kegembiraan, air mata, dan perasaan lega usai Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri sebagai presiden, Jumat malam waktu setempat. Ia akhirnya menyerah pada kekuatan rakyat setelah 18 hari Mesir dilanda gelombang demonstrasi besar-besaran menuntut pengunduran dirinya.

“Rakyat menyingkirkan rezim.” Bergitu teriakan dari kerumunan massa yang mencapai ratusan ribu di Lapangan Tahrir dan istana utama Mubarak yang terletak di Kairo utara, beberapa mil dari Lapangan Tahrir.
Massa di Kairo, Alexandria, dan kota-kota lainnya menari, berteriak ‘selamat jalan, selamat jalan’. Mereka mengangkat tangan berdoa, sementara kembang api dinyalakan dan klakson-klakson mobil dibunyikan. Semua ini pecah setelah Wapres Omar Suleiman mengumumkan pengunduran diri Mubarak di televisi pemerintah Jumat sore.
“Akhirnya kita bebas,” kata Safwan Abou Stat, 60, di tengah kerumunan massa di depan istana Mubarak. “Mulai kini setiap orang yang akan berkuasa di negara ini tahu bahwa rakyat Mesir sangat kuat.”
Mubarak sehari sebelumnya masih mencoba bertahan dengan menyerahkan sebagian besar kekuasaan eksekutif  kepada Suleiman. Namun, ledakan protes sepanjang Jumat yang menolak sikap Mubarak tampaknya telah mendorong militer untuk memaksa Mubarak mundur.
Aksi demonstrasi memang mencapai puncaknya, Jumat. Ratusan ribu massa turun ke jalan sepanjang Jumat di kota-kota seluruh Mesir, sementara tentara hanya bisa diam terpaku. Massa mengepung istana Mubarak di Kairo dan Alexandria, serta stasiun televisi pemerintah di Kairo yang selama ini menjadi corong rezim. Seorang Gubernur di sebuah provinsi yang terletak di selatan negara itu dipaksa hengkang meyelamatkan diri dari protes massa.

Kurang dari sebulan setelah dunia menyaksikan Tunisia merayakan runtuhnya kediktatoran di negaranya,  sejarah mencatat, Presiden Hosni Mubarak pun ikut terdepak akibat tuntutan tak terbendung rakyatnya. 

Kejatuhan Mubarak - salah satu andalan politik Timur Tengah dan kebijakan Barat di kawasan selama hampir tiga dekade - dipandang banyak kalangan akan mengubah peta politik Timur Tengah. 

"Mesir akan memiliki dampak besar di negara-negara di sekitarnya," kata Salman Sheik, direktur The Brookings Doha Center di Qatar. "Hal ini bisa terjadi di mana saja. Akibat nyatanya adalah reformasi pasti akan datang di negara dimana rakyatnya merasa tertekan."

Namun, katanya, tak ada jaminan bahwa gelombang reformasi akan muncul di negara lain segera. Sebuah usaha untuk membangkitkan protes serupa Mesir, di Suriah awal bulan ini padam oleh pasukan keamanan.

Beberapa negara Timur Tengah belajar banyak dari kasus Mesir. Perdana menteri baru Yordania, Marouf Bakhit, misalnya,  berjanji untuk melanjutkan reformasi politik yang dituntut oleh pengunjuk rasa yang memaksa Raja Abdullah II untuk me-reshuffle kabinet. Pekan lalu, Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh - sekutu utama AS lainnya di Timur Tengah selama lebih dari tiga dekade - tunduk pada tekanan pemrotes dan mengumumkan ia tidak akan mencalonkan diri  kembali pemilu tahun 2013 dan tidak akan mewariskan kekuasaan kepada anaknya.

Presiden Mubarak mundur bukan berarti aksi demonstrasi berhenti. Abdel-Rahman Samir dari koalisi gerakan pemuda yang mengagas demonstrasi Mesir mengatakan pihaknya bertekad melanjutkan protes untuk menjamin agar perubahan dilakukan.

 “Kita belum punya jaminan apa pun. Jika kita mengakhiri semua situasi ini sekarang, kita belum melakukan apa-apa,” katanya. “Kita harus terus menduduki Tahrir hingga semua tuntutan kita dipenuhi.”
Ia mengatakan pergerakan sekarang adalah membuka negosiasi dengan militer atas reformasi demokratis.
“Namun saya merasa fantastis… Saya merasa seperti kami telah berjuang begitu keras, kami menanam benih selama satu setengah tahun  dan kini kami melihat buahnya,” ujarnya.
Sally Toma, aktivis penggagas demonstrasi lainnya, mengatakan militer tak akan mencoba untuk membersihkan Lapangan Tahrir. “Kita masih perlu duduk dan bicara. Kita harus mendengar apa kata militer terlebih dulu.”
Untuk saat ini tampaknya kekhawatiran apa yang akan terjadi selanjutnya tenggelam oleh kegembiraan.
Aktivis lainnya, Abdul-Rahman Ayyash, ia akan merayakan pengunduran Mubarak sepanjang malam, lalu kembali bertahan di Lapangan Tahrir untuk menjamin militer ‘tak mencuri’ revolusi.

Presiden Mesir Hosni Mubarak akhirnya mengundurkan diri setelah 17 hari berturut-turut di demonstrasi rakyatnya sendiri. Mubarak mundur pada 11 Februari 2011.
"Mubarak memilih tanggal yang tepat untuk mundur," demikian ulasan Guardian, Jumat.
Apa yang terjadi pada 11 Februari di tahun-tahun yang lalu? 11 Februari rupa-rupanya tanggal yang cukup penting bagi politik sejumlah negara.
Menurut catatan, pada 11 Februari 32 tahun lalu di Iran terjadi revolusi yang juga menggeser Shah Iran dari kursinya. Revolusi Iran menaikkan pemimpin spiritual Ayatollah Khomeini ke kursi pimpinan negara persia tersebut.

Pada tanggal serupa, 21 tahun lalu di Afrika Selatan, pemerintahan apartheid membebaskan tokoh antiapartheid, Nelson Mandela setelah puluhan tahun dipenjara. Bebasnya Mandela memicu serangkaian kejadian di Afsel yang menyatukan dua ras yang tadinya bermusuhan. 

Di tanggal ini juga, Raja terakhir Mesir, Farouk, lahir pada 1920. Farouk lahir ketika Mesir berada di bawah protektorat Inggris. Ia sempat berkuasa beberapa tahun sebelum akhirnya pada 1952, sekelompok perwira militer mengadakan kudeta yang dikenal sebagai Revolusi 1952. Farouk disingkirkan, dan mulailah era militer berkuasa di Mesir. Salah satu perwira itu adalah Gamal Abdul Nasser, calon presiden Mesir yang terkenal.

Mundurnya Presiden Mesir, Hosni Mubarak, menambah panjang daftar presiden Mesir yang tak pernah menyelesaikan masa waktu pemerintahannya. Padahal, Mesir modern selalu diperintah oleh militer.

Masuknya militer di panggung pemerintahan Mesir terjadi di 1952, yang dikenal sebagai Revolusi 1952. Pada 22-26 Juli 1952 militer melakukan kudeta terhadap Raja Mesir, Farouk. Aksi militer ini dipicu oleh situasi ekonomi di Mesir yang tak kunjung membaik dan kalah perang dengan Israel pada 1948. Uni Sovyet dan Amerika Serikat ada di belakang aksi militer ini. 

Letjen Muhammad Naguib menjadi Perdana Menteri Mesir sekaligus Presiden. Salah satu bawahan Naguib adalah seorang perwira kharismatik bernama Gamal Abudl Nasser. Di masa ini, para perwira militer mendeklarasikan Mesir sebagai negara republik, bukan lagi kerajaan.

Namun dua tahun setelah menjadi wakil, Nasser bermanuver dan menjadi Perdana Menteri Mesir. Krisis politik kembali terjadi di Mesir, dan membuat Presiden sekaligus atasan Nasser, Muhammad Naguib tergeser dari pemerintahan dan menjadi tahanan rumah.
                              
Nasser resmi menjadi Presiden Mesir. Sebagai wakilnya, ia menunjuk beberapa orang, termasuk rekan dekatnya Anwar Sadat. Pada 1970, Nasser terkena serangan jantung dan meninggal dunia. Pemerintah langsung menaikkan Anwar Sadat sebagai pengganti Nasser, tanpa pemilu.

Dibawah Sadat, secara perlahan, seorang perwira bernama Hosni Mubarak, mendekat ke pusat kekuasaan Mesir. Pada 6 Oktober 1981, Anwar Sadat tewas dibunuh. Dan mengulang kasus Nasser, maka Hosni Mubarak langsung naik dari jabatan wakil presiden menjadi presiden.

Era Mubarak berakhir pada 11 Februari 2011. Setelah 17 hari rakyatnya yang sudah tidak percaya lagi pada pemerintahannya berdemonstrasi luar biasa. Ratusan korban jiwa jatuh dan ribuan luka-luka. Mesir lumpuh dan negara Timur Tengah khawatir terhadap perkembangan Mesir. Mubara mengundurkan diri setelah beberapa jam sebelumnya mengalihkan kekuasaan ke Wapres Omar Suleiman. Mubarak juga menyerahkan kekuasaan sementara Mesir ke Dewan Tertinggi Militer yang berjanji akan mengadakan pemilu yang adil di Mesir.

Pers Amerika Serikat membandingkan kondisi ekonomi Mesir dengan Indonesia saat berhasil menjatuhkan Presiden Soeharto, 1998. Dalam liputannya, stasiun televisi Fox News mengatakan, Indonesia menjadi contoh reformasi politik yang baik, Jumat.

Fox membandingkan Mesir dengan Indonesia berdasarkan Presidennya yang memimpin sangat lama. Presiden Hosni Mubarak berkuasa sejak 1981 dan enggan turun. Sementara Presiden Soeharto berkuasa sejak 1966. 

Kemudian disajikan grafik pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Mesir-Indonesia. Menurut Fox, sebelum reformasi di Indonesia, PDB Indonesia hanya sekitar 65 miliar dolar AS. Namun ketika reformasi dan Indonesia melakukan Pemilihan Umum secara langsung, PDB-nya naik pesat hingga mencapai 540 miliar dolar AS. 

"Ekonomi Indonesia jauh lebih baik setelah reformasi," demikian Fox.

Lantas dibandingkan juga demografi kedua negara. Mesir-Indonesia sama-sama mayoritas beragama Islam. Struktur penduduk kedua negara juga didominasi oleh kaum  muda. "Generasi muda ini yang mencari perubahan dan mereka melihat contoh ke barat," kata Fox.

Disajikan pula grafik PDB Mesir, yang menurut Fox berjalan lebih lamban ketimbang Indonesia yang agresif. "Kalau Mubarak turun, Mesir bisa seperti Indonesia. Ekonominya membaik," demikian Fox. (sumber: Republika.online)

Tidak ada komentar: