Senin, 27 Desember 2010

Tsunami Aceh Ahad 26-12-2004 pukul 9:52


Dalam rangka visit Banda Aceh Years 2011, situs tsunami rumah boat (perahu) di Gampong (desa) Lampulo resmi menjadi objek wisata "Peringatan Allah".

"Situs tsunami ini menjadi objek wisata Peringatan Allah, karena dengan melihat ini orang bisa berpikir kekuasaan Maha Pencipta yang tiada tara," kata Wakil Walikota Banda Aceh, Illiza Saaduddin Jamal, tadi sore.

Illiza mengatakan,  boat nelayan yang bertengger di atas pertapakan rumah warga itu, sebagai salah satu bukti sejarah tentang dahsyatnya musibah pada Minggu, 26 Desember 2004, diyakini bisa menarik perhatian wisatawan.

Disebutkan,  dipertapakan bekas rumah milik Abasiah itu ada sebuah prasasti bertulis testimoni singkat tentang boat yang ikut menyelamatkan 59 orang saat tsunami dalam tiga bahasa, Indonesia, Aceh, dan Inggris.

"Di sana juga terbentang sebuah spanduk berisi foto-foto 59 korban selamat dalam boat milik nelayan itu saat gelombang tsunami menyapu pesisir Aceh.  Pemilik rumah itu, Abasiah mengatakan dia ikut selamat dari tsunami setelah naik ke dalam boat, yang saat itu berlalu di depannya," terang Illiza. 

Menurut Illizah, setelah kapal berhenti, Abasiah baru tahu ternyata kapal itu berhenti tepat di atas rumahnya. 


"Sebelum bencana tsunami gampong kami memiliki 2.500 KK atau 6.000 jiwa dan setelah tsunami hanya tersisa 500 KK atau 1.500 jiwa," katanya. Selain di Lampulo, hampir seluruh gampong yang berada di pesisir Selat Malaka akan melaksanakan zikir dan doa bersama pada 26 Desember 2010.


Bahkan warga sudah siap memberi kenyamanan kepada wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Peringatan Allah dan siap menjadi pemandu.

Keusyik Lampulo, Alta Zaini, mengatakan pihaknya berharap wisatawan asing akan datang mengunjungi objek wisata bersejarah ini dan sekarang itu sudah mulai didatangi.

"Kita mengajak keluarga korban tsunami mengambil hikmah dari musibah itu dan jangan terus larut dalam kesedihan. Objek wisata Peringatan Allah itu selain menjadi tempat merenungi musibah tsunami, diharapkan bisa menjadi sarana meningkatkan perekonomian warga sekitar," pintanya. 


Enam tahun pasca bencana tsunami dahsyat yang menerjang Aceh dan sejumlah negara tahun 2004 lalu, sistem peringatan dini di Samudera Hindia telah diselesaikan.

Dalam laman resmi OfficialWire, peneliti dari GFZ German Research Center for Geosciences mengatakan sistem peringatan dini Jerman-Indonesia mampu memberikan peringatan tsunami dalam waktu relatif cepat.

Kurang dari lima menit pasca gempa bawah laut mengguncang, peringatan akan dikeluarkan. Peringatan dini tersebut berdasarkan informasi dari 300 stasiun yang dibangun di seluruh Indonesia dalam waktu 6 tahun.

Masing-masing stasiun penginderaan dilengkapi dengan seismometer, stasiun GPS, pengukur pasang surut air laut, dan sistem pelampung (buoy).

Proyek sistem peringatan dini ini dimulai segera pasca tsunami tahun 2004. Pemerintah Jerman saat itu mengontrak GFZ untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem peringatan dini tsunami di Samudera Hindia. Proyek ini dibiayai dengan dana sebesar US$59 juta dari bantuan untuk korban tsunami.

Setelah proyek berakhir pada 31 Maret 2011, Indonesia akan bertanggung jawab mengoperasikan sistem ini secara keseluruhan.

Pada 26 Desember 2004, gempa bumi bawah laut 9,1 skala Richter mengguncang Samudera Hindia di lepas pantai Sumatera Utara, Indonesia. Dampak gempa itu begitu kuat sampai 1.200 kilometer dari pusat gempa, hingga mencapai Alaska.

Gempa dahsyat itu memicu tsunami mematikan. Tsunami menyapu sejumlah pantai di Samudera Hindia hingga ketinggian 30 meter. Lebih dari 230.000 orang tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal.




Pendapat Zulfahmi
Gempa 9,1 SR yang menimbulkan tsunami di Aceh terjadi pada tanggal 26-12-2004 pukul 09.52 jika jam dan menit terjadinya dicocokkan dengan surat 9 ayat 52 Alquran, surat Attaubah: 52, dapat menerangkan bentuk kesalahan rakyat Aceh yang menjadi pemicu terjadinya gempa tersebut.
Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya, atau (azab) dengan tangan kami. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu".

Beberapa bentuk kesalahan pemicu tsunami Aceh:

Attaubah: 043. Semoga Allah mema`afkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?
044. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.
045. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.
046. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu."
047. Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antaramu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim.
048. Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk (merusakkan) mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah), dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya.
049. Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah". Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.
050. Jika kamu mendapat sesuatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi berperang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira.
051. Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal."
Berikut ini beberapa ayat Alquran yang menerangkan azab atau bencana:

Assajadah: 21. Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).

“Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk) nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari. Maka tidak ada keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan: ‘Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim”, QS Ala’raf: 4-5

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil (meteor) dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, QS Alankabut: 40.

Katakanlah: "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian) kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahaminya, QS Alan’am: 65


Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.'' Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!"

Sepertinya, Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, "Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!"

Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab, bisa merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.

Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.

Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''

Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."

"Allah berfirman, 'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang." (QS Al-A'laa [87]:14-15).  Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi."

"Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh AS, 'Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi'. Dan katakanlah doa Yunus AS, 'La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim'."

Jika saja kedua Umar  ada bersama kita, mereka tentu akan marah dan menegur dengan keras, karena rentetan "teguran" Allah itu tidak kita hiraukan bahkan cenderung diabaikan. Maka, sebelum Allah menegur kita lebih keras,  inilah saatnya kita menjawab teguran-Nya. Labbaika Ya Allah, kami kembali kepada-Mu.