Meski masih dalam tahap pembangunan, namun wacana nama bandara Kuala Namu mulai bergulir.
Dalam ‘Seminar Nasional Mencari Nama Bandara Kuala Namu’ yang berlangsung di Hotel Grand Antares Medan, hari ini, tercetus dua nama yang akan digunakan sebagai nama bandara tersebut, yakni Kualanamu International Airport dan Bandara Internasional Sumatera Utara.
Antopolog dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Usman Pelly dalam paparannya menyebutkan, nama sebuah bandara sebaiknya berasal dari nama tokoh yang muncul dalam sejarah pergerakan dan perjuangan fisik, namun tidak menimbulkan banyak perdebatan di tengah-tengah masyarakat.
“Selain menjadi kebanggaan sekaligus merepresentasikan kemajemukan daerah, nama itu juga harus mudah dilafalkan,” ujarnya.
Usman Pelly sendiri mengusulkan nama-nama seperti Abdul Haris Nasution, Adam Malik, Amir Hamzah, Ahmad Thahir, Djamin Ginting, Guru Patimpus, Kolonel Bedjo, Raja Inal Siregar, Tengku Rizal Nurdin, Tuanku Rao, Sisingamangaraja dan Wiliam Iskandar.
Sementara itu, Sultan Serdang, Tuanku Luckman Sinar Basarshah II mengusulkan Bandara Internasional Sultan Serdang atau Bandara Internasional Kualanamu sebagai nama bagi bandara baru pengganti Bandara Polonia Medan itu.
Alasannya, nama itu sesuai dengan bukti-bukti sejarah dan dari sudut sosiologis karena bendara baru itu berlokasi di Kualanamu di wilayah Kesultanan Serdang.
Sedangkan Ketua Fraksi PPP DPR RI, Hasrul Azwar hanya mengusulkan satu nama, yakni Bandara Internasional Sumatera Utara atau Sumatera Utara International Airport.
“Nama ini lebih dapat diterima seluruh masyarakat Sumut yang memiliki akar sejarah multikulturalisme yang kuat dan hidup antarsuku, ras serta agama secara berdampingan. Ini untuk menghindari perdebatan atau konflik dalam penabalan nama bandara baru ini,” jelasnya.
Antopolog dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Usman Pelly dalam paparannya menyebutkan, nama sebuah bandara sebaiknya berasal dari nama tokoh yang muncul dalam sejarah pergerakan dan perjuangan fisik, namun tidak menimbulkan banyak perdebatan di tengah-tengah masyarakat.
“Selain menjadi kebanggaan sekaligus merepresentasikan kemajemukan daerah, nama itu juga harus mudah dilafalkan,” ujarnya.
Usman Pelly sendiri mengusulkan nama-nama seperti Abdul Haris Nasution, Adam Malik, Amir Hamzah, Ahmad Thahir, Djamin Ginting, Guru Patimpus, Kolonel Bedjo, Raja Inal Siregar, Tengku Rizal Nurdin, Tuanku Rao, Sisingamangaraja dan Wiliam Iskandar.
Sementara itu, Sultan Serdang, Tuanku Luckman Sinar Basarshah II mengusulkan Bandara Internasional Sultan Serdang atau Bandara Internasional Kualanamu sebagai nama bagi bandara baru pengganti Bandara Polonia Medan itu.
Alasannya, nama itu sesuai dengan bukti-bukti sejarah dan dari sudut sosiologis karena bendara baru itu berlokasi di Kualanamu di wilayah Kesultanan Serdang.
Sedangkan Ketua Fraksi PPP DPR RI, Hasrul Azwar hanya mengusulkan satu nama, yakni Bandara Internasional Sumatera Utara atau Sumatera Utara International Airport.
“Nama ini lebih dapat diterima seluruh masyarakat Sumut yang memiliki akar sejarah multikulturalisme yang kuat dan hidup antarsuku, ras serta agama secara berdampingan. Ini untuk menghindari perdebatan atau konflik dalam penabalan nama bandara baru ini,” jelasnya.
Pendapat Zulfahmi
Saya usul nama untuk bandar udara Kuala Namu: "PUTRI HIJAU International Airport", beliau tokoh rakyat yang legendaris, dan dari kata "hijau" kita berharap kedepan gerakan penghijauan dilakukan lebih semarak, untuk memakmurkan bumi dan rakyat Sumatera Utara secara sinergis. Dengan menanam pohon-pohon yang bernilai ekonomi bagi penanamnya di setiap jengkal tanah yang terlantar. Agar pemanasan global yang menimbulkan berbagai bencana dapat kita hambat dan taklukkan dengan cara yang logis. Karena manusia diturunkan ke bumi adalah untuk memakmurkan bumi (bukan untuk membuat kerusakan), dan mengabdi kepada Allah saja.