Rabu, 15 Desember 2010

Greenpeace Kacau

Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, berjanji akan mengkaji kembali  keberadaan LSM Asing Greenpeace di Indonesia terkait kampanye kerusakan hutan di Indonesia yang diduga kerap merilis data palsu. "Jika ada kerusakan hutan di Indonesi, LSM sebagai lembaga kontrol sosial di luar pemerintah seharusnya memberikan masukan dan bersama-sama memperbaiki, bukan malah menjelek-jelekkan Indonesia di mata internasional," kata Zulkifli, di Jakarta, Kamis (9/12).

Menhut mengatakan, kalau memang ada hutan yang rusak seharusnya Greenpeace memberikan masukan yang valid dan diperbaiki bersama-sama. Terpenting lagi, harus didasarkan pada kepentingan nasional. "Jika berani menjelek-jelekkan Indonesia berarti Greenpeace membela kepentingan lain. Itu yang patut dipertanyakan," ujarnya.

Menhut juga tak menampik seringnya Greenpeace berseberangan pendapat dengan pemerintah. Ia mencontohkan, untuk memperbaiki kerusakan hutan di Indonesia tidak bisa dikerjakan dalam waktu sehari. 

Untuk itu, ia meminta agar dunia internasional juga turut berperan serta memelihara lingkungan. "Kita jangan juga dianggap hanya Satpam saja," ujar Menhut.

Negara maju, ujarnya, juga harus ikut serta memelihara kelestarian hutan. "Kita juga harus bisa membangun dan mengembangkan wilayah kita. Negara asing juga harus ada kontribusi, jangan hanya Indonesia," katanya.

Lembaga Kampanye

Sementara itu, Greenpeace mengakui kampanye lingkungan yang mereka lakukan kekurangan data pendukung. Sebab, selain data yang dimilikinya hanya merupakan hasil investigasi, mereka juga tidak melakukan penelitian sampai ke areal konsesi.

"Kita ini lembaga kampanye, bukan lembaga penelitian. Data yang kita miliki merupakan hasil investigasi. Kita lembaga kampanye, bukan lembaga penelitian. Data yang kita miliki merupakan hasil investigasi. Kita memang tidak melakukan penelitian di konsesi mereka," kata  Yuyun  Indradi, Potical Forest Campaigner dari Greenpeace Indonesia.

Di tempat yang sama, pengamat lingkungan hidup HS Dilon mempertanyakan motif Greenpeace di Indonesia. Ia menduga, Greenpeace dimanfaatkan oleh perusahaan asing guna melemahkan perekonomian nasional.

Ia menilai, isu lingkungan yang diusung Greenpeace tidak ada ubahnya dengan isu kesehatan yang pernah menimpa Indonesia puluhan tahun lalu. "Sekarang mungkin mereka lebih memilih lingkungan guna melemahkan perekonomian nasional," katanya.

Menhut akan Evaluasi Keberadaan Greenpeace


Hal lain yang membuat Dilon meragukan kredibilitas Greenpeace adalah sikap Greenpeace yang selalu menyamaratakan pemerintah dan akademisi. "Greenpeace selalu menyamaratakan segala sesuatu. Karena ada pejabat yang tidak baik, mereka pikir akademisi Indonesia juga demikian. Padahal, anggapan itu jelas keliru," katanya menanggapi perbedaan hasil penelitian antara dua profesor IPB dengan Greenpeace.

Menyoal itu, ia mengatakan tuduhan Greenpeace yang mengatakan tanaman sawit menghasilkan emisi karbon dalam jumlah besar, sangat berlebihan. "Karena sawit juga mampu menyerap karbon dalam jumlah yang besar," tambahnya.

Viva Yoga, anggota Komisi IV DPR RI yang juga hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut juga meragukan independensi Greenpeace. Apalagi dalam seminar tersebut, Greenpeace yang diwakili Yuyun Indriati menolak melakukan debat terbuka dengan kedua profesor IPB.

"Greenpeace justru menolak melakukan klarifikasi terkait penelitian profesor IPB. Padahal, ini waktu yang tepat," katanya usai seminar.


Pendapat Zulfahmi

Perubahan iklim yang memanas dan bencana alam tak cukup disikapi dengan ketakutan, ia bisa dihambat dan ditaklukkan. Karena fungsi mulia kehadiran manusia di bumi adalah untuk memakmurkan bumi, sekaligus untuk mengabdi kepada Allah. Di masa Adam As hanya ada 2 musim, itupun wilayah kutub saja, sekarang menjadi 4 musim. Penyebabnya adalah kekurangan pohon. Kita bisa kembali ke 2 musim dengan cara menanam pohon, sampai ke gurun pasir.

Al Gore Akan Berkunjung ke Indonesia



Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat dan pemenang hadial Nobel Perdamaian, Al Gore akan berkunjung ke Jakarta pada 9 Januari 2011 untuk menghadiri "Bussines for Enviroment (B4E) Forrest Dialogue" dalam rangka merayakan peluncuran Tahun Hutan Internasional Perserikatan bangsa-Bangsa.

Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Irman Gusman di Jakarta, Selasa, mengemukakan, pihaknya berkomitmen menggalakkan pembangunan rendah karbon dan pertumbuhan berkelanjutan yang berdampak positif bagi Bangsa Indonesia dan lingkungan hidup.

"Kami mengundang mantan Wapres AS ke Jakarta untuk berbagi ide tentang isu-isu dan untuk mengeksplorasi kemitraan dengan pemerintah, usaha dan komunitas regional dan lokal, dalam rangka melindungi hutan dan memperlambat pemanasan global," katanya.

Menyongsong kehadiran kegiatan itu, DPD RI bersama Universitas Seoul (Korea Selatan) akan menggelar diskusi pada 7 Januari 2011 tentang Pengembangan Kebijakan dan Pertumbuhan Hutan di Lingkungan Parlemen (Green Policy and Economy).

Menurut keterangan dari Setjen DPD RI, diskusi akan menghadirkan pembicara dari parlemen Korea Selatan, DPD RI, pejabat pemerintah RI dan Korea Selatan serta perguruan tinggi dari Seoul dan Institut Pertanian Bogor, termasuk gubernur dan kalangan dunia usaha.

Al Gore akan menjadi pembicara dalam satu sesi dengan Ketua DPD RI Irman Gusman, Koordinator Residen PBB El-Mustafa Benlamlih, CEO WWF Indonesia Dr Efransjah serta Ketua BKPM Gita Wirjawan.

Sebagai salah satu suara dunia yang paling berpengaruh terhadap perubahan lingkungan dan iklim, Al Gore akan menyampaikan pidato utama secara eksklusif dan menyampaikan berbagai pemikiran untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik serta visinya tentang peran hutan di masa depan yang berkelanjutan.

Dalam kegiatan yang diselenggarakan DPD RI bersama UNDP, WWF dan Global Institut, akan dieksplorasi peran hutan Indonesia sebagai solusi untuk mengurangi emisi karbon global dan memerangi perubahan iklim.

B4E Forest Dialogue juga akan berfungsi untuk mengumumkan "B4E Global Summit" tahunan kelima yang dijadwalkan pada 27-29 April 2011 yang juga akan diadakan di Jakarta. B4E merupakan konferensi internasional terkemuka dunia tentang dialog dan aksi yang didorong kebutuhan bisnis (bussines driven action) untuk lingkungan hidup.

B4E Global Summit 2011 akan diselenggarakan dalam kemitraan dengan DPD RI, Pemerintah Indonesia, WWF dan Global Initiatives serta memeprtemukan pemimpin dunia, CEO, LSM, lembaga-lembaga internasional serta kalangan media untuk membahas serta mengusulkan solusi kolaboratif untuk mengatasi isu lingkungan hidup dan iklim paling mendesak yang dihadapi dunia saat ini.

Pendapat Zulfahmi
Perubahan iklim yang memanas dan bencana alam tak cukup disikapi dengan ketakutan, ia bisa dihambat dan ditaklukkan. Karena fungsi mulia kehadiran manusia di bumi adalah untuk memakmurkan bumi. Di masa Adam As hanya ada 2 musim, itupun wilayah kutub saja, sekarang menjadi 4 musim. Tanam pohon untuk kembali ke 2 musim.