Selasa, 01 Februari 2011

Mesir Wajib Kembali Aman Tenteram

Bangsa Mesir sedang dikendalikan setan. Terutama orang-orang yang turut menjarah dan membuat kerusakan. Mereka tak menyadari bahwa berseteru sesama mereka adalah satu bentuk bencana, sama seperti banjir, gempa besar, tanah longsor, negeri yang dibalikkan, negeri yang tertimbun lumpur, petir, badai, hujan meteor atau tsunami.

Pak Husni Mubarak yang berkuasa sudah 1 generasi, 30 tahun dapat diturunkan dengan cara damai tanpa brutal. Penguasa yang kurang amanah, memang tidak dapat bertahan lebih dari 30 tahun. Ini adalah sunnatullah, yang tercermin pada kelipatan 30 yang dikenal dalam perhitungan tahun qamariah (hijriah), untuk mendistribusikan 11 hari ke dalam tahun kabisat.

“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti (mu) dengan makhluk yang baru. Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah, QS Ibrahim: 19-20.


Mufti Al Azhar sebaiknya menyarankan beliau untuk mundur, kekuasaan sementara waktu dijalankan wakil presiden  lantas selenggarakan pemilihan umum selambat-lambatnya akhir Juli 2011, misalnya. Dan meminta kegiatan demonstrasi sementara waktu berhenti dulu, agar keganasan yang muncul akibat kerumunan massa yang sering dengan mudah dikendalikan setan untuk berbuat zalim tak terulang kembali.

Ulama Mesir perlu mengajak warga menyelenggarakan zikir dengan lafaz ta'awuz “a'uzubillahi minasysyaithanir rajiim” sedikitnya 600 kali secara khusyuk di setiap masjid dan surau, agar mereka menyadari bahwa keganasan yang mereka tampilkan adalah hasutan setan, dan merupakan 1 bentuk bencana yang disebut QS Al-An’am: 65.
Katakanlah: "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian) kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahaminya QS Alan’am: 65.

Tewasnya 100 orang dan aksi penjarahan sudah cukup, korban baru tak perlu lagi ditambah. Jika bangsa Mesir terus bergolak, Allah akan menurunkan bencana yang lebih besar, dalam bentuk pemusnahan massal, yang semuanya terjadi karena diundang para pezalim.

Hawa panas politik di Mesir ternyata membuat situasi di Uni Eropa menjadi gerah. Terbukti, para Menteri Luar Negeri dari negara Uni Eropa mengadakan pertemuan di Brussels pada Senin (31/1) mengenai keadaan terkini di kawasan Arab, khususnya Mesir.

Ini merupakan pertemuan pertama pada 2011 dan diadakan beberapa hari setelah kejatuhan mantan Presiden Tunisia dan situasi politik di Mesir, yang meminta Presiden Hosni Mubarak turun.

Mesir bertambah kacau-balau, tak menentu, ketika aksi massa untuk menjatuhkan Presiden Hosni Mubarak memasuki hari keenam, Minggu (30/1). Meski pemerintah memberlakukan jam malam karena korban tewas telah lebih dari 100 orang, unjuk rasa dan penjarahan terus terjadi.
Situasi kacau terlihat di Bandara Internasional Kairo saat ribuan warga asing berdesak-desakan ingin secepatnya pergi dari Mesir. Terminal penumpang 3, tempat penerbangan asing tampak penuh sesak.


Demonstrasi massal cenderung ditunggangi setan, menghasut berbuat kerusakan dan zalim, sebaiknya diperbanyak ta'awuz.

Sejumlah negara sudah menyiagakan pesawat untuk mengangkut warga negara mereka yang masih ada di mesir. "Situasinya seperti di kebun binatang, sangat kacau," kata Justine Khazadian (23) mahasiswa American University di Kairo. "Saya harus pergi dari Mesir, pemerintah di sini kelihatannya tidak akan bertahan lama," kata dia.


Yang membuat situasi bertambah parah adalah konter check in penumpang yang kekurangan staf. Ini akibat jam malam yang berlaku di Kairo. Karyawan Egypt Air tidak penuh bekerja.

Pemerintah Amerika Serikat mengatakan sudah mengevakuasi lebih dari 1.200 warganya di Mesir. Mereka akan mengangkut 1.400 warga lainnya dalam beberapa hari ini.

Penerbangan tambahan juga sudah disiapkan di Yunani dan Turki untuk mengantisipasi sejumlah hal. Sementara negara-negara tetangga Mesir dan Uni Eropa kini bersiap mengetatkan perbatasan, agar para imigran dari Mesir tidak masuk.

Pemerintah Jerman juga tak ketinggalan mengevakuasi warganya dengan maskapai nasional Luthfansa. Guenther Kremer, warga Troisdorf, mengatakan situasi di Mesir sangat parah. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, maka dari itu, saya harus pergi dari Mesir," katanya.

Irak pun ikut menyelamatkan warganya dari Mesir. Mereka mengirimkan tiga pesawat, termasuk pesawat kenegaraan milik perdana menteri. Padahal situasi di Irak juga tidak kalah seramnya dengan di Mesir. Diperkirakan ada 800 warga Irak yang diungsikan.

Sementara di India, di Bandara Mumbai, telah mendarat 320 penumpang asal India dari Mesir. Azerbaijan menjemput 103 warganya di Mesir. Turki juga mengirim lima pesawat ke Kairo untuk mengangkut 1.548 warganya. AirCanada bersiap mengambil 174 warganya, kini masih menunggu di Bandara Frankfurt.


Namun Inggris belum akan mengungsikan warganya. Warga Inggris di Mesir termasuk yang terbanyak, ada 30 ribu orang. 

Tidak ada komentar: