Rumput tetangga lebih hijau dari rumput halaman sendiri.
Rumput tetangga lebih hijau dari rumput halaman kita.
Rumput tetangga lebih hijau.
Entah mana yang lebih pas dengan standar pribahasa yang diajarkan guru Bahasa Indonesia di SMEA-ku, Ibu Munawarah, ketika sekolah dulu?
Entri kali ini mengupas rumput tetangga, tidak dari segi bahasa, atau perilaku buruk, yang tergiur atau malah iri terhadap kelebihan yang diraih tetangga. Atau perilaku suami, melihat istri tetangga lebih cantik, dari istrinya. Tetapi membahas rumput dari segi cara mini, peduli terhadap keseimbangan alam.
Halaman dibiarkan berumput lebih baik dari pada rumput ditajak bersih. Halaman dibiarkan berumput termasuk kesadaran yang minimum (dari pada tidak) peduli sama sekali sedikit pun terhadap keseimbangan alam, yang kian hari terasa semakin timpang. Sehingga muncul cuaca ekstrim, bila hujan turun, tidak lagi bisa disyukuri, malah ditakuti, karena cenderung menimbulkan banjir, atau malah banjir bandang dan tanah longsor.
Dari pada rumput halaman ditajak bersih lebih baik dipotong. Sehingga tidak terjadi, ketika kemarau tiba, halaman menebarkan debu saat angin berhembus, yang dapat mengganggu kesehatan. Dan ketika hujan turun, halaman menjadi berlumpur dan becek, rumah menjadi jorok.
Hal ini dianjurkan bila kita sekarang belum memilih tanam pohon ekonomis, misalnya nangka, durian atau jambu di halaman rumah kita. Atau belum mampu tanam pohon ekonomis (berkebun) di lahan luas terlantar, yang kita beli atau warisi.
Kita dengan mudah menemukan halaman rumah yang tak berumput karena sengaja ditajak atau dibasmi dengan racun rumput, ini termasuk tindakan yang tidak bijak. Karena rumput juga berasimilasi, menghirup CO2 saat mencerna makanannya, lalu mengeluarkan oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup kala bernafas. Rumput pun berfungsi menyeimbangkan alam, ia perlu diberdayakan sesuai perannya di alam, mengembalikan keseimbangan gas dan material tanah.
Volume CO2 kini terus meningkat di atmosfir bumi, dan menjadi sebab suhu bumi lebih panas. Akibatnya penguapan air menjadi lebih banyak, dan bibit hujan pun menjadi lebih banyak di awan. Maka hujan yang turun pun otomatis lebih lebat. Sehingga kita pun menjadi lebih was-was bila musim hujan turun, ia berpeluang menjadi bencana banjir, banjir bandang dan tanah longsor. Di samping itu, gangguan keseimbangan alam, juga menyebabkan badai, petir dan gempa yang cenderung lebih dahsyat.
Rumput tetangga lebih hijau dari rumput halaman kita.
Rumput tetangga lebih hijau.
Entah mana yang lebih pas dengan standar pribahasa yang diajarkan guru Bahasa Indonesia di SMEA-ku, Ibu Munawarah, ketika sekolah dulu?
Entri kali ini mengupas rumput tetangga, tidak dari segi bahasa, atau perilaku buruk, yang tergiur atau malah iri terhadap kelebihan yang diraih tetangga. Atau perilaku suami, melihat istri tetangga lebih cantik, dari istrinya. Tetapi membahas rumput dari segi cara mini, peduli terhadap keseimbangan alam.
Halaman dibiarkan berumput lebih baik dari pada rumput ditajak bersih. Halaman dibiarkan berumput termasuk kesadaran yang minimum (dari pada tidak) peduli sama sekali sedikit pun terhadap keseimbangan alam, yang kian hari terasa semakin timpang. Sehingga muncul cuaca ekstrim, bila hujan turun, tidak lagi bisa disyukuri, malah ditakuti, karena cenderung menimbulkan banjir, atau malah banjir bandang dan tanah longsor.
Dari pada rumput halaman ditajak bersih lebih baik dipotong. Sehingga tidak terjadi, ketika kemarau tiba, halaman menebarkan debu saat angin berhembus, yang dapat mengganggu kesehatan. Dan ketika hujan turun, halaman menjadi berlumpur dan becek, rumah menjadi jorok.
Hal ini dianjurkan bila kita sekarang belum memilih tanam pohon ekonomis, misalnya nangka, durian atau jambu di halaman rumah kita. Atau belum mampu tanam pohon ekonomis (berkebun) di lahan luas terlantar, yang kita beli atau warisi.
Kita dengan mudah menemukan halaman rumah yang tak berumput karena sengaja ditajak atau dibasmi dengan racun rumput, ini termasuk tindakan yang tidak bijak. Karena rumput juga berasimilasi, menghirup CO2 saat mencerna makanannya, lalu mengeluarkan oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup kala bernafas. Rumput pun berfungsi menyeimbangkan alam, ia perlu diberdayakan sesuai perannya di alam, mengembalikan keseimbangan gas dan material tanah.
Volume CO2 kini terus meningkat di atmosfir bumi, dan menjadi sebab suhu bumi lebih panas. Akibatnya penguapan air menjadi lebih banyak, dan bibit hujan pun menjadi lebih banyak di awan. Maka hujan yang turun pun otomatis lebih lebat. Sehingga kita pun menjadi lebih was-was bila musim hujan turun, ia berpeluang menjadi bencana banjir, banjir bandang dan tanah longsor. Di samping itu, gangguan keseimbangan alam, juga menyebabkan badai, petir dan gempa yang cenderung lebih dahsyat.