Senin, 10 Januari 2011

Tanah menganggur

Republika 10-1-2011
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menggelar pertemuan nasional dalam bentuk Rapat Kerja Pemerintah I Tahun 2011, Senin (10/1). Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah, Velix Wanggai, mengatakan, rapat itu ditujukan untuk mewujudkan visi, strategi, kebijakan dan program pembangunan, baik yang bersifat sektoral, regional, dan khusus.
 Pertemuan ini, lanjutnya, akan mengangkat tema "Memadukan Pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2011 dan APBN 2011". Dikatakannya, Presiden Yudhoyono akan memberikan arahan dan direktif kepada seluruh menteri, kepala/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, para gubernur, para ketua DPRD, dan para bupati/walikota se-Indonesia.

Para kepala lembaga tinggi negara, pimpinan BUMN, dan pelaku dunia usaha nasional juga akan hadir dalam temu nasional ini. Sebelumnya, Presiden telah mentradisikan pola retreat dalam membahas berbagai langkah Pemerintah.

Akhir Oktober 2009 Presiden menggelar National Summit yang berguna bagi penyusunan RPJMN 2010-2011, dan tiga kali retreat di Istana Cipanas yang menghasilkan Inpres No. 1/2010 tentang Prioritas Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010, dan retreat di Istana Tampak Siring dengan keluaran Inpres No. 3/2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.

Dalam Rapat Kerja I awal Januari 2011 ini, Presiden ingin menguatkan komitmen dan optimisme semua pihak di kalangan pemerintahan, baik di pusat, provinsi dan kabupaten/kota untuk mempersiapkan langkah-langkah prioritas pembangunan yang telah diamanatkan dalam Rencana Kerja Pemerintah 2011 dan APBN 2011.

"Presiden ingin pertumbuhan yang kita capai ini berkualitas, berkelanjutan, dan inklusif ke seluruh pelosok tanah air," kata Velix.

Temu Nasional kali ini juga akan memotret hasil-hasil yang telah dicapai selama 2010, beserta tantangan yang dihadapi, termasuk berbagai langkah yang telah Pemerintah lakukan untuk mengkonkretkan Tema 2010, yaitu 'Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat'.

Pendapat Zulfahmi
Negeri kita masih banyak ditumbuhi semak belukar atau cuma padang rumput luas tanpa pohon ekonomis.
Sambil mensejahterakan rakyat, menghambat pemanasan global dan bencana; dapatkah pemerintah SBY lebih fokus memakmurkannya.

Curah hujan pada waktu yang akan datang cenderung semakin lebat. Karena pemanasan suhu masih berlanjut karena kesadaran manusia menyediakan waktu, tenaga dan uang untuk menanam pohon ekonomis belum bertambah baik. 
Seiring dengan itu, bencana banjir, tanah longsor, petir, badai, gempa dan pertikaian pun akan terus menerpa lebih sering dan semakin dahsyat. Harga cabai yang mencapai Rp 100.000/kg adalah satu tanda betapa kesadaran kita menanam pohon dan tumbuhan ekonomis masih tetap rendah.
Bencana berupa hujan lebat, banjir, tanah longsor, badai, petir, gempa, tsunami dan pertikaian di masa datang akan lebih kerap menerpa dan selalu dahsyat, karena keseimbangan terus terganggu. Bencana akan terus ada, karena kezaliman terus berlangsung, sementara pohon penyeimbang belum giat kita tanam.
Perubahan iklim dapat diatasi dengan penambahan pohon hidup. Bagi umat Kristen, pengadaan pohon natal di rumah agaknya dapat diganti menjadi kegiatan menanam pohon ekonomis, agar bumi lebih cepat kembali sejuk.