PERILAKU GEMPA
Oleh Zulfahmi, SE
Gempa berkekuatan 7,6 SR yang menggoncang Barat Daya Padang Pariaman Rabu (30/9) disusul gempa yang menggoncang Sungai Penuh, Jambi 7,0 SR (1/10) telah menimbulkan kengerian hebat di tengah-tengah masyarakat khususnya di Padang dan Padang Pariaman. Kengerian hebat tersebut sangat membekas dibenak para korban yang luka-luka dan yang selamat karena setelah goncangan gempa reda, tanah merekah, kegaduhan disusul pula oleh kebakaran, rumah dan gedung runtuh, sebagian runtuh dengan cara spontan oleh goncangan besar yang pertama (7,6 SR) pukul 17:16:09 dan goncangan besar kedua (6,2 SR) pukul 17:38:52, sebagian lagi runtuh secara agak perlahan dan bertahap oleh gempa-gempa kecil (sekitar 5,0 SR) yang datang beruntun susul-menyusul. Ketika malam tiba, gelap, listrik padam, suara tangisan, jeritan mengerang kesakitan sayup-sayup terdengar diredam hujan lebat. Bencana pun dilanjutkan oleh tanah longsor, banjir bandang, batu-batu besar menggelinding turun dari bukit membentur rumah-rumah yang belum sempurna ambruknya. Berdasarkan data yang dikutip dari BMKG, pagi hari Kamis (1/10) pukul 8:52:29 goncangan gempa besar (7,0 SR) kembali menggoncang, pusat gempa berada di 46 km Tenggara Sungai Penuh, Jambi, juga terasa kuat di Sumatera Barat, terus menambah tingkat kerusakan di Padang dan Padang Pariaman, sambil diselingi dengan hujan dan tanah longsor. Peristiwa memilukan itu, mengundang pakar gempa dan dukun berkomentar.
Antara News (17/10) melaporkan, gempa mengakibatkan 465 warga Padang Pariaman meninggal 543 luka berat 512 luka ringan serta 210 warga lagi tertimbun di longsoran dan dinyatakan sebagai kuburan massal. Banyak warga terserang diare, infeksi saluran pernafasan akut (ispa), dan gangguan psikologis. Dicatat 13.376 rumah rusak dengan 8.000 diantaranya rusak berat 106 sekolah rusak.
Di Kota Padang, tercatat sebanyak 383 wafat, dua hilang, 431 luka berat, dan 771 orang luka ringan. Bangunan yang rusak berat tercatat 35.597, rusak sedang 35.816 dan rusak ringan 37.615 unit. Data akhir akibat gempa akan diumumkan pemerintah 21/10. Korban di Jambi hanya 2 orang.
Ramalan gempa
Peramal kondang Mama Loren di televise mengatakan Sumatra akan diguncang gempa besar pada 16-10-2009 atau 2-10-2010 atau Oktober 2010. Ternyata Jumat (16/10) pukul 16:52:50 terjadi gempa 6,4 SR di 42 km Barat Laut Ujung Kulon, Jawa Barat, tidak menimbulkan korban jiwa, namun merusakkan sedikit bangunan.
Kepala Observatorium Bumi Singapura Kerry Sieh salah satu pakar gempa yang intensif meneliti kegempaan Sumatera, ia menjelaskan berdasarkan sejarah gempa bumi dengan menganalisa geologi lapisan terumbu karang dari daerah sekitar pulau Sumatera, sebagaimana dilaporkan Analisa (17/10), ia mengatakan “gempa besar berikutnya akan berlangsung lebih dari enam kali, kekuatannya sekitar 8,8 SR. Gempa 30/9 hanya sebuah awal. Berupa tekanan di bawah patahan yang menggulung lonjakan. Merupakan proses mengurangi desakan, yang akan melepaskan energi terpendam dalam 30 tahun mendatang”.
Pernyataan peramal tersebut ditepis oleh Badrul Mustapa Kemal pakar gempa dari Universitas Andalas, sebagaimana dilaporkan Republika (17/10) “komentar peramal yang menyebutkan akan terjadi gempa besar di Sumatera, bisa memicu stres masyarakat. Kegiatan perekonomian menjadi berhenti.
Blok gempa di Siberut dengan siklus 200 tahun baru saja selesai. Sebab gempa 30/9 dicatat BMKG 7,6 SR. Periodesasi gempa dibuat berdasarkan perulangan gempa pada satu tempat dan kemudian baru menyatakan siklus tersebut. Ramalan tentang gempa tidak ilmiah dan itu tidak bisa dipercaya.
Gempa di Siberut 7,4 SR sudah terjadi 10 April 2005, kemudian 16 Agustus 2009 sebesar 6,9 SR dan bahkan pada 30 September 2009 mencapai 7,6 SR. Jika dipakai pola tersebut, diyakini tidak akan ada lagi gempa besar di Siberut, Padang Pariaman dan Padang.
Gempa sebesar 8,2 SR itu, tidak akan (sering) terjadi lagi di dunia. Apalagi pada satu tempat dan mustahil akan terjadi berkali-kali juga pada satu tempat.
Terjadinya gempa, membutuhkan waktu (lama) untuk menghimpun energi yang cukup besar lagi. Karena itu warga diminta tidak perlu cemas, namun demikian kewaspadaan tetap diperlukan".
Begitu juga dengan gempa, ada gempa kecil di bawah 5,0 SR, ada gempa berkadar sedang 5,1 – 6,0 SR, ada gempa berkadar kuat 6,1 – 7,0 SR, dan ada gempa lebih kuat 7,1 – 8,0 SR dan ada pula gempa berkadar sangat kuat 8,1 SR keatas yang dapat memicu tsunami, menelan dan atau membalikkan satu negeri.
Perbandingan frekwensi dan kekuatan gempa dan hujan adalah 1 : 1 = 1 Perbandingannya dapat diilustrasikan dengan rumus matematika: Hujan : Gempa = 1 : 1 = 1
Penjelasan
Pergerakan lapisan-lapisan bumi sama seperti pergerakan awan,
“Kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. QS Annaml: 88.
Namun demikian kita tidak perlu menyikapi fenomena gempa seperti yang dipaparkan para pakar, atau seperti peramal mengungkapkan terawangannya. Karena untuk meredam goncangan bumi Allah telah menancapkan gunung-gunung sebagai pasak bumi,
“Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu dapat melintasinya”. QS Annahl: 15.
Terjadinya gempa besar di atas 8,0 SR kini masih merupakan rahasia? Ada 3 sinyal yang layak dicermati menjelang terjadinya gempa besar di atas 8,0 SR. Agar tulisan ini tidak terlalu panjang 2 sinyal disimpan dulu. Sinyal yang paling utama dulu diungkapkan pada kesempatan ini, yaitu bandingkan perilaku masyarakat dengan perilaku kaum Madyan umat Rasulullah Syu’aib yang ditumpas oleh gempa besar antara lain karena meninggalkan shalat, curang dalam menimbang dan menakar, menelantarkan tanah lebih dari 3 tahun setelah pohon-pohonnya ditumbangkan, mengancam dan menghalangi orang melakukan perbuatan mulia, QS Ala’raf: 85, 86 dan 91.
Atau perilaku kaum Tsamud umat Rasulullah Shaleh yang ditumpas oleh gempa besar antara lain karena meninggalkan shalat, melanggar kesepakatan dan menelantarkan tanah lebih dari 3 tahun setelah pohon-pohonnya ditumbangkan, QS Ala’raf: 73, 74 dan 78.
Untuk menangkal ketakutan, trauma, kengerian masyarakat yang selamat di lokasi bencana dan di daerah lain tanpa alasan yang logis, akibat beredarnya hipotesa, ramalan, pendapat dan anggapan yang keliru dan liar, terus berlanjut pada masa yang akan datang tanpa pembanding dari sisi wahyu penulis wajib mengatakan pada kesempatan ini atas phenomena bencana yang sambung-menyambung silih berganti di tanah air. Perlu diketahui bahwa terdapat kemiripan perilaku masyarakat yang menjadi korban gempa Aceh, Nias, Yogyakarta, Tasikmalaya dan Sumatera Barat dengan perilaku kaum Madyan dan Tsamud di masa lalu.
Bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor, pesawat jatuh, kapal tenggelam, sambaran petir, hujan meteor, guntur atau ledakan yang memekak matikan, badai atau galodo, gempa dan tsunami dapat dihindari atau digagalkan dengan menghindari perilaku zalim.
“Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk) nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari. Maka tidak ada keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan: ‘Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim”. QS Ala’raf: 4-5
Definisi
Gempa kecil atau gempa besar terjadi dari sebab pergerakan lapisan-lapisan bawah bumi kearah keseimbangan, sama seperti pergerakan awan yang juga bergerak kearah keseimbangan.
Bila pergerakan awan dapat menimbulkan guntur dan kilat, maka pergerakan lapisan bumi juga dapat menimbulkan ledakan dan kilat.
Maka hipotesa pakar gempa tentang gempa besar di atas 8,0 SR akan menjadi pemicu gempa besar berikutnya beberapa (30, 40, 60, 100, 150, 200) tahun kedepan, adalah keliru, seperti yang dikemukakan Prof Kerry Sieh dari Singapura, Badrul Mustafa Kemal dari Andalas, Profesor Rob van der Hilst pengajar di Massachusetts Institute of Technology USA, I Wayan Sengara peneliti ITB yang terlibat dalam pembuatan peta zona bencana, Tom Parsons dari Badan Survei Geologi AS atau United States Geological Survey (USGS) yang memantau gempa di seluruh dunia, Profesor Kei Aki ahli tomografi seismik dari Jepang, Sri Widiyantoro dan Wahyu Triyoso pakar Ilmu dan Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung, yang pekan lalu mengemukakan pendapat di beberapa media masa.
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil (meteor) dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri QS Alankabut: 40.
Katakanlah: "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian) kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahaminya QS Alan’am: 65
Kesimpulan yang dapat dipetik dari tulisan di atas adalah, pertama gempa besar di atas 8,0 SR tidak dapat memicu gempa besar berikutnya. Kedua, semua gempa baik kecil maupun gempa besar adalah efek pergerakan lapisan bawah bumi menuju kearah keseimbangan. Ketiga, lapisan bawah bumi bergerak sama seperti awan. Keempat, semua bencana dapat dihindari, ia datang karena diundang oleh perilaku zalim. Wallahu a’lam bissawab.*Penulis alumni FE UMSU jurusan Akuntansi, Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar